Paket TourPernahkah kamu mendengar tentang desa adat yang menyimpan keunikan luar biasa? Indonesia memiliki banyak desa adat dengan budaya yang masih terjaga hingga kini. Setiap desa menawarkan tradisi unik, arsitektur khas, dan cara hidup yang berbeda dari kehidupan modern.

Berjalan di desa adat bukan hanya tentang menikmati pemandangan, tapi juga merasakan atmosfer kehidupan masyarakat yang masih mempertahankan warisan leluhur. Mulai dari rumah adat yang kokoh berdiri hingga ritual yang terus dilestarikan, semuanya menghadirkan pengalaman yang tak terlupakan.

Banyak wisatawan tertarik mengunjungi desa adat karena pesonanya yang autentik. Tidak hanya bisa melihat langsung budaya lokal, tetapi juga belajar bagaimana masyarakat menjaga tradisi di tengah perkembangan zaman. Penasaran dengan desa adat mana saja yang memiliki keunikan luar biasa? Yuk, simak lima desa adat yang bakal bikin kamu takjub!

Desa Adat Baduy 

Credit: viva[dot]co[dot]id

Ketika membahas desa-desa adat di Indonesia, Desa Adat Suku Baduy di Banten, Jawa Barat, selalu menjadi salah satu destinasi yang paling menarik perhatian. Permukiman tradisional ini dihuni oleh sekitar 20.000 warga yang dikenal dengan sebutan Urang Kanekes. 

Menariknya, komunitas Suku Baduy dalam terkenal akan kehidupan mereka yang sangat terisolasi dan menjaga jarak dari pengaruh dunia modern. Perjalanan menuju desa adat ini membutuhkan kemampuan trekking dan kesiapan fisik yang prima. 

Suku Baduy menerapkan aturan-aturan tradisional yang unik dengan sangat ketat. Mereka melarang pengunjung menggunakan sabun, sampo, atau pasta gigi saat mandi di sungai, mewajibkan pengunjung menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, dan tidak memperbolehkan pengunjung mengambil dokumentasi foto atau video di wilayah Baduy Dalam.

Desa Adat Trunyan 

Credit: KSMTour[dot]com

Desa Trunyan merupakan desa adat yang ada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Keistimewaan Pulau Bali tidak hanya terletak pada objek wisata alamnya seperti pantai, keindahan pegunungan, atau danau, tetapi juga pada beragam tradisi dan budayanya yang unik. 

Ya salah satu nya desa adat trunyan ini yang menjadi daya tarik wisatawan tersendiri untuk mengunjunginya. Desa Trunyan mempunyai adat atau prosesi yang unik, dimana kamu nantinya akan melihat banyak pemakaman disana tapi hanya dibiarkan saja sampai menjadi tengkorak saja.

 Untuk mencapai pemakaman desa adat Trunyan, Anda perlu menyewa perahu dari penduduk setempat. Dermaga penyeberangan terletak di desa Kedisan dan Toya Bungkah. Anda juga bisa menyewa pemandu wisata agar perjalanan liburan Anda ke tempat ini lebih nyaman dan memuaskan.

Baca juga: Budaya Lokal yang Unik di Labuan Bajo, Pesona Tak Tergantikan

Desa Wae Rebo 

Credit: indonesia travel

Kalian pernah mendengar desa adat satu ini nggak sih, yang mendapatkan Top Award of Excellence dari UNESCO dalam UNESCO Asia Pacific Heritage Awards 2012? Jika pernah, kalian tepat sekali ini merupakan desa adat Wae Rebo yang terletak di Pulau Flores NTT. 

Wae Rebo adalah sebuah desa adat yang terletak jauh dari kawasan perkotaan. Kita harus berjalan kaki sekitar 3-4 jam dari Desa Denge untuk mencapai desa yang berada sekitar 1.100 meter di atas permukaan laut ini. Pegunungan yang mempesona dan Hutan Todo yang rimbun serta kaya akan vegetasi mengelilingi Desa Wae Rebo.

Perlu kita ingat, desa ini tidak memiliki sinyal seluler, dan kita hanya dapat menggunakan listrik antara pukul 6 sore hingga 10 malam. Suhu udara di Wae Rebo relatif dingin, terutama saat musim kemarau. Jadi, jangan lupa membawa jaket jika Anda berencana mengunjungi Desa Adat Wae Rebo!

Desa Ratenggaro 

Credit: masterplandesa

Desa Ratenggaro memiliki sejarah yang unik dan cukup tragis. Nama desa ini berasal dari dua kata, yaitu ‘rate’ yang berarti kuburan dan ‘garo’ yang merupakan nama salah satu suku di desa tersebut. Dahulu, terjadi konfrontasi antar suku yang menyebabkan Suku Garo terbunuh dan dikuburkan di lokasi ini. Sejak saat itu, desa ini dikenal dengan nama Ratenggaro, yang mencerminkan peristiwa bersejarah tersebut.

Selain sejarahnya yang menarik, Ratenggaro juga terkenal dengan rumah adatnya yang memiliki menara tertinggi di Pulau Sumba. Ketinggiannya berkisar antara 15 hingga 30 meter, jauh lebih tinggi dibandingkan rumah adat lainnya. Bangunan megah ini bukan hanya mencerminkan keindahan arsitektur lokal, tetapi juga menjadi simbol status sosial dan penghormatan terhadap leluhur.

Kampung Adat Ratenggaro memiliki makna sakral bagi penduduknya. Rumah-rumah adat di sini bukan hanya digunakan sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai sarana ibadah dan penghormatan kepada para leluhur. Masyarakat percaya bahwa menjaga adat istiadat dan tradisi adalah bentuk penghormatan kepada mereka yang telah mendahului.

Sayangnya, kampung ini pernah mengalami tiga kali kebakaran besar. Konon, kebakaran pertama terjadi akibat serangan dari desa lain dan menghanguskan seluruh rumah adat. Membangun kembali kampung adat bukanlah hal yang mudah karena harus melalui berbagai ritual adat untuk meminta izin kepada leluhur. Proses ini melibatkan seluruh warga dan mengikuti tata cara tradisional, mewujudkan pembangunan fisik sebagai kebersamaan dan penghormatan terhadap warisan budaya.

Paket Wisata di Bali

Kami Memiliki Paket Wisata Menarik untuk Kunjungan di Bali