Tour BaliBali selalu menjadi destinasi favorit para turis yang ingin melakukan wisata. Selain karena alam dan pantainya yang indah, Bali memiliki beragam budaya yang melengkapi keindahan pulaunya. Budaya di Bali ini sebagian besar berbentuk perayaan upacara adat yang bisa menarik perhatian wisatawan.

Upacara adat di Bali ini tidak terlepas dari nilai-nilai keagamaan Hindu dan budaya Bali sendiri. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduknya yang menganut agama Hindu. Selain itu, masyarakatnya pandai untuk menjaga dan melestarikan adat dalam hidup mereka. Karena itulah sampai sekarang budaya Bali masih sering ditemui jika dibandingkan daerah lain.

Upacara adat di Bali tidak hanya memiliki makna yang mendalam, namun juga prosesi yang unik dan mengundang wisatawan untuk turut menonton upacara adat. Berikut ini merupakan beberapa upacara adat yang bisa kamu saksikan kalau sedang berwisata ke Bali.

Upacara Ngaben

Credit: Detik

Ngaben merupakan tradisi membakar jenazah bagi penganut Hindu di Bali. Masyarakat meyakini upacara ini sebagai upaya mengantar jenazah ke tempat peristirahatan terakhir, di mana roh manusia meninggalkan badan fisiknya menuju surga dan menunggu untuk bereinkarnasi. Ngaben berasal dari kata “api” atau ngapen dalam Bahasa Bali yang kemudian berubah menjadi “Ngaben”.

Dalam kepercayaan umat Hindu, manusia terdiri dari dua badan, yaitu badan halus dan badan kasar. Masyarakat Bali memahami badan halus sebagai roh atau jiwa manusia, dan badan kasar sebagai bentuk fisik yang terlihat. Mereka menyelenggarakan Upacara Ngaben untuk memisahkan kedua badan tersebut. Upacara ini melepaskan roh dari badan kasar dan hal-hal duniawi.

Prosesi Ngaben membakar jenazah di atas patung bernama Petulangan. Sebelum dibakar, keluarga membersihkan dan mendoakan jenazah dalam ritual penyucian. Setelah proses pembakaran selesai, mereka mengumpulkan abu dan sisa tulang. Keluarga kemudian melarungnya ke laut sebagai tanda berakhirnya prosesi Ngaben.

Prosesi Ngaben berlangsung di berbagai tempat di Bali, dan kamu bisa menyaksikannya langsung. Namun, kamu harus menjaga perkataan dan perilaku untuk menghormati keluarga yang berduka. Sikap hormat ini juga menunjukkan penghargaan terhadap jiwa yang telah meninggalkan dunia.

Upacara Galungan

Credit: Unsplash

Umat Hindu di Bali mengadakan Upacara Galungan untuk memperingati terciptanya alam semesta. Mereka menjalankan Galungan sebagai bentuk penyucian diri dan memohon keselamatan kepada Sang Hyang Widhi. Setiap 210 hari, mereka merayakan upacara ini pada hari Buddha Kliwon Dungulan.

Galungan berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya “bertarung”. Hal ini berdasarkan dari kepercayaan umat Hindu, di mana jiwa manusia bertarung dengan Kalatiga, atau tiga jenis hawa nafsu; Kala Amangkurat (nafsu berkuasa), Kala Dungulan (nafsu merebut), dan Kala Galungan (nafsu berbuat curang). Galungan ditandai sebagai keberhasilan umat manusia mengalahkan ketiga hawa nafsu tersebut.

Galungan diadakan dengan menghantarkan sesajen, berbagi makanan kepada sesama, dan memasang penangkal untuk mencegah hal-hal yang buruk. Selama Hari Raya Galungan ini, kamu akan menjumpai iring-iringan sesajen dan janur kuning yang menghiasi jalanan di Bali.

Baca Juga: Merasakan Sensasi Terbang Lewat Paragliding di Bali

Upacara Mepandes

Credit: Desa Abiansemal Badung

Umat Hindu di Bali menyambut kedewasaan dengan melakukan upacara Mepandes atau potong gigi. Masyarakat menganggap Mepandes sebagai proses peralihan hidup seseorang menuju tahap pendewasaan, di mana mereka cukup umur untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Mepandes atau Metatah (pahat) dilakukan untuk menangkal unsur-unsur negatif dalam diri manusia. Unsur negatif tersebut berupa 6 sifat keraksasaan, yaitu hawa nafsu, tamak, mabuk, bingung, marah, dan iri hati. Maka dalam Mepandes, ada 6 gigi yang harus dipotong sebagai bentuk pengendalian manusia dewasa terhadap keenam sifat tersebut.

Para muda-mudi umat Hindu yang beranjak dewasa biasanya menjalani Mepandes secara massal. Mereka menjalani ritual mandi dan sembahyang terlebih dahulu untuk menyucikan diri dari sifat-sifat buruk. Sangging memimpin upacara ini dengan memotong dan mengikir gigi mereka. Setelah gigi terpotong, mereka kembali mandi dan sembahyang sebagai bagian dari prosesi penyucian.

Upacara Mepandes ini akan memiliki rangkaian acara yang berbeda, tergantung tempat, keadaan, waktu, atau peraturan wilayah masing-masing.

Upacara Melasti

Credit: Good News From Indonesia

Kamu tentu tidak asing dengan Hari Raya Nyepi di Bali. Sebelum memperingati hari raya ini, umat Hindu di Bali menjalani ritual penyucian diri. Masyarakat memulai Nyepi dengan prosesi khusus, seperti halnya upacara adat lainnya. Mereka melakukan ritual yang dikenal sebagai upacara Melasti, yang bertujuan membersihkan diri secara lahir dan batin.

Upacara Melasti berlangsung sebelum Nyepi, tepatnya pada sasih Kesanga atau sekitar bulan Maret. Umat Hindu mengadakan ritual ini di laut atau danau karena ritual tersebut melambangkan Tirta Amerta atau air kehidupan. Air memainkan peran penting dalam kehidupan manusia, sehingga mereka menyelenggarakan prosesi Melasti di tepi pantai atau danau untuk menyucikan diri dan benda-benda sakral.

Para pemangku yang mengenakan pakaian serba putih memimpin upacara dengan memercikkan air suci dan membakar dupa. Umat Hindu mengarak alat-alat ibadah yang telah disucikan menuju sumber air bersama sesajen, umbul-umbul, dan iringan gamelan Bali. Mereka mengembalikan benda-benda sakral tersebut ke pura setelah prosesi selesai untuk digunakan saat perayaan Nyepi.

Selain menyucikan benda-benda sakral, umat Hindu di Bali juga melakukan pembersihan diri dengan membasuh wajah atau menyentuh air suci. Ritual ini melambangkan penghilangan segala pengaruh buruk dalam diri agar dapat kembali menjadi jiwa yang suci. Melalui upacara Melasti, umat Hindu mempersiapkan diri untuk menjalani Nyepi dengan hati yang bersih dan penuh ketenangan.

Paket Wisata di Bali

Kami Memiliki Paket Wisata Menarik untuk Kunjungan di Bali