Paket Wisata Jogja – Bagi masyarakat Yogyakarta, batik dinilai sebagai budaya yang tidak akan lekang oleh waktu dan kaya akan nilai-nilai tradisi. Batik juga diyakini sebagai lambang yang menunjukkan peran dan kedudukan masyarakat. Selain itu, motifnya yang indah juga merupakan kegemaran bagi banyak orang.
Masyarakat Yogyakarta dikenal menjunjung tinggi nilai filosofis adat. Mereka mampu memadukan tradisi dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari cara berperilaku, bertutur kata, hingga berbusana. Bagi mereka, nilai-nilai tradisi dapat tercermin dari apa yang tampak pada diri mereka.
Salah satu nilai tradisi yang melekat pada kehidupan masyarakat sehari-hari ialah penggunaan kain batik.Masyarakat meyakini penggunaan kain batik ini sebagai salah satu cara untuk melestarikan adat dan menghargai warisan leluhur.
Selain karena motifnya yang indah, banyak yang menilai batik Yogyakarta juga memiliki filosofi yang menarik. Batik digunakan tidak hanya sebagai pakaian dan pelengkap, tetapi juga sebagai representasi nilai-nilai tradisi di setiap coraknya. Berikut merupakan beberapa motif batik Yogyakarta yang populer di kalangan masyarakat;
Motif Parang

Credit: Orami
Semasa sekolah, murid sangat menyukai kegiatan pembelajaran seni dan budaya, terutama menggambar batik. Mereka sering memilih motif parang untuk digambar karena motifnya yang terkesan lebih sederhana dan seragam.
Nama batik Parang berasal dari kata “Pereng” yang berarti lereng. Motifnya yang menyerupai huruf “S” terinspirasi dari bentuk lereng yang miring, sekaligus melambangkan kekuatan dan keabadian lautan.
Meskipun motifnya terkesan mudah, rupanya batik Parang ini merupakan motif batik tertua di Indonesia. Batik Parang dianggap sebagai batik dengan “kasta” tertinggi karena pada masa lampau, raja dan keturunannya saja yang boleh menggunakannya. Filosofi motif batik ini melambangkan kekuatan dan kekuasaan raja, serta simbol status, kedudukan, dan wibawa.
Meskipun begitu, perkembangan zaman tentunya memberikan keleluasaan bagi setiap orang untuk mengapresiasi nilai budaya. Saat ini, mulai banyak masyarakat yang menggunakan batik parang ini sebagai pakaian dan kain kebaya.
Motif Ceplok

Credit: Telusur Kultur
Motif populer lain selain batik Parang ialah batik Ceplok. Banyak yang menganggap batik Ceplok sebagai salah satu motif batik tertua di Indonesia setelah batik Parang. Motif ini berasal dari Kotagede, Yogyakarta, dan telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram.
Batik Ceplok memiliki dasar motif geometri yang melingkar dan saling terhubung hingga menyerupai kelopak bunga yang mekar. Pola geometris pada batik Ceplok ini bisa berbentuk bulat, persegi, dan oval. Batik Ceplok sendiri terinspirasi dari buah aren yang dibelah empat.
Batik Ceplok memiliki nilai filosofis yang melambangkan kekuasaan dan kebesaran. Para pejabat dan ksatria sering menggunakan motif batik ini pada zaman dahulu. Batik Ceplok juga melambangkan keindahan hidup, sehingga pengantin sering menggunakannya saat prosesi kirab pengantin.
Baca Juga: 3 Kuliner Khas Yogyakarta Cocok Dinikmati di Musim Hujan
Motif Kawung

Credit: Jogja Keren
Memiliki motif dan pola yang mirip dengan batik Ceplok, batik Kawung memiliki sejarah dan filosofinya sendiri. Meskipun begitu, tidak jarang yang memasukkan batik Kawung ini sebagai salah satu ragam motif batik Ceplok karena kemiripan yang tampak.
Sama seperti batik lainnya, batik Kawung telah ada sejak jaman Kerajaan Mataram, tepatnya pada abad ke-13. Motif Kawung pada awalnya merupakan ukiran candi di pulau Jawa, contohnya Candi Prambanan. Batik Kawung juga hanya diperuntukkan bagi pakaian keluarga Keraton.
Batik ini memiliki pola geometris berbentuk oval yang saling terhubung. Irisan buah kawung atau kolang-kaling yang dibelah empat menginspirasi motif ini. Dari situ, orang kemudian memberi nama batik ini batik kawung. Batik Kawung dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan ukuran motif, yaitu Kawung Picis, Kawung Bribil, dan Kawung Sen.
Batik Kawung menyimpan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap motifnya. Buah kawung yang menjadi asal-usul batik ini melambangkan kebaikan dalam diam. Selain itu, pola yang juga membentuk bunga ini melambangkan umur yang panjang, kesucian, dan kebijaksanaan.
Motif Sidomukti

Credit: Batik Bedjo
Kamu pasti sering melihat motif batik ini jika pernah menghadiri pernikahan adat Jawa. Pengantin adat Jawa sering menggunakan batik Sidomukti karena motifnya yang lebih feminin. Motif ini sangat cocok dipadukan dengan kebaya dan beskap pengantin.
Sidomukti berasal dari Bahasa Jawa Sido yang berarti “jadi” dan Mukti yang berarti “mulia” dan “sejahtera”. Orang Jawa sering memilih motif batik ini untuk pernikahan karena melambangkan harapan agar pasangan pengantin hidup harmonis, sejahtera, dan mulia.
Keraton awalnya memperuntukkan batik Sidomukti hanya bagi keluarga Keraton dan pengantin dari kalangan Keraton. Namun, masyarakat umum semakin sering menggunakan batik Sidomukti seiring berjalannya waktu.
Motif Truntum

Credit: Liputan6 Lifestyle
Motif bunga pada batik memang menjadi salah satu motif yang populer. Bunga melambangkan keharuman dan kasih sayang, juga sebagai simbol ketulusan. Motif bunga ini muncul pada batik Truntum, yang sering dipakai saat pernikahan. Kedua orangtua biasanya memakai batik Truntum, sedangkan pengantin menggunakan batik Sidomukti.
Pola bunga kecil yang berjumlah banyak menghiasi Batik Truntum, dengan motif bintang kecil dan latar berwarna gelap. Kanjeng Ratu Kencana, permaisuri Pakubuwono III, menciptakan motif Truntum ini dari pemandangan langit malam yang ia lihat. Kala itu, Sang Raja berniat untuk menikah lagi sehingga Ratu merasa sedih.
Ratu kemudian mulai membatik untuk mengusir kesedihannya. Pemandangan langit malam itulah yang menjadi inspirasinya. Beliau membatik dengan harapan agar cinta Sang Raja kepadanya akan terus bertumbuh dan tidak pernah padam. Usahanya berhasil karena Raja menumbuhkan kembali cintanya kepada Ratu dan membatalkan rencana menikahnya.
Kata “Truntum” berasal dari Bahasa Jawa tumaruntum yang berarti “terus tumbuh” dan “berkembang”. Orang tua mempelai sering memilih batik Truntum untuk pernikahan anak mereka karena melambangkan cinta dan kasih sayang yang mendalam. Hal ini melambangkan kasih sayang orangtua yang tulus dan tidak pernah padam, meski anaknya telah menikah.
Baca juga: Menjelajahi Yogyakarta dari Keraton sampai Budaya Batik
Itu dia beberapa motif batik khas Jogja yang indah dan sarat akan nilai-nilai tradisi. Dengan menggunakan batik, kita tidak hanya tampil modis, tapi juga ikut melestarikan budaya bangsa.
Ingin menjelajah Jogja dan keindahan budayanya? Kamu bisa mendapatkan pengalaman yang mengesankan di Jogja bersama Labiru Tour dengan pilih paket sesuka hatimu. Labiru Tour siap mendampingimu untuk menjelajahi Jogja yang penuh kenangan, hanya dengan satu langkah mudah.