Trip Banyuwangi – Banyuwangi tidak hanya menawarkan wisata alam yang memukau, tetapi juga menyuguhkan destinasi religi yang menyentuh hati. Kota di ujung timur Pulau Jawa ini menyimpan beragam tempat ibadah yang penuh sejarah dan nilai spiritual. Bagi pencinta wisata religi, Banyuwangi menjadi tempat yang sarat makna dan kedamaian.
Berbagai umat datang untuk memperkuat iman atau sekadar menikmati arsitektur spiritual yang indah. Umat Islam, Hindu, Buddha, dan Konghucu memiliki titik sakral masing-masing di kota ini. Wisata religi menjembatani kita untuk mengenal keberagaman yang hidup harmonis di Banyuwangi.
Kamu bisa memperkaya wawasan sekaligus merasakan ketenangan batin saat mengunjungi tempat-tempat religi. Saat melakukan perjalanan ini, kamu bisa merenung, bersyukur, dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Yuk, simak 5 tempat wisata religi di Banyuwangi yang bisa kamu kunjungi!
Masjid Baiturrahman Banyuwangi

Credit: Qoobah
Masjid Baiturrahman berdiri sejak 7 Desember 1773. Masjid ini menyandang gelar sebagai masjid tertua dan terbesar di Banyuwangi. Pengelola membangunnya di Jalan Jenderal Sudirman dan mendesainnya agar mampu menampung hingga 5.100 jamaah. Arsitekturnya memadukan gaya Arab dengan motif batik Gajah Oling yang khas.
Warna putih bersih serta ukiran tradisional menjadikan masjid ini terlihat anggun dan sakral. Umat Islam menjadikan masjid ini sebagai saksi penyebaran agama di wilayah Blambangan. Pengelola masjid telah melakukan beberapa renovasi besar untuk menjaga keaslian bangunan.
Saat berkunjung, kamu bisa merasakan kekuatan spiritual dan nilai sejarah yang terpatri di dalamnya. Masjid ini menjadi pusat kegiatan umat Islam dan simbol religius masyarakat Banyuwangi. Jangan lupa abadikan keindahannya dari sudut luar maupun bagian dalam yang megah.
Pura Agung Blambangan

Credit: Jembrana
Pura Agung Blambangan berdiri megah di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, sebagai pusat ibadah umat Hindu. Keberadaan pura ini mencerminkan keharmonisan antara umat Hindu dan Muslim di wilayah tersebut. Ornamen khas dan suasana tenang menjadikan pura ini sebagai salah satu daya tarik religi utama.
Pengelola pura meresmikan tempat ini pada 28 Juni 1980, bertepatan dengan Hari Raya Kuningan. Bangunan pura memperlihatkan spiritualitas tinggi dan kekayaan budaya Kerajaan Blambangan. Pura ini selalu ramai saat perayaan besar seperti Galungan dan Kuningan.
Tak hanya umat Hindu yang mengunjunginya, wisatawan umum juga datang untuk belajar nilai toleransi. Kamu bisa menyaksikan praktik keberagaman dalam suasana yang penuh hormat. Persembahyangan di pura ini memberikan pengalaman spiritual yang sangat kuat.
Baca juga: 3 Rekomendasi Budaya Lokal yang Unik di Banyuwangi
Kelenteng Hoo Tong Bio

Credit: Atourin
Umat Tridharma menjadikan Kelenteng Hoo Tong Bio sebagai pusat ibadah dan simbol sejarah penting di Jawa Timur. Klenteng yang terletak di pusat kota ini menyandang gelar sebagai klenteng tertua di kawasan tersebut. Umat memuja Kongco Chen Fu Zhen Ren sebagai dewa utama di tempat ini.
Arsitektur klenteng ini memikat dengan ornamen naga, warna merah menyala, dan dupa yang selalu terbakar. Umat Tridharma rutin menggelar upacara besar dan ritual tahunan di sini. Banyak peziarah dari luar kota datang untuk memperdalam spiritualitas mereka.
Tempat ini terbuka untuk siapa saja yang ingin berkunjung dengan niat baik dan rasa hormat. Bahkan pengunjung non-Tionghoa pun datang karena ketertarikan budaya atau pencarian spiritual. Klenteng ini memperlihatkan harmoni antara tradisi dan keyakinan.
Masjid Muhammad Cheng Ho

Credit: Kompas
Komunitas Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia membangun Masjid Cheng Ho pada tahun 2016. Mereka merancang bangunannya dengan gaya arsitektur Tionghoa berbentuk pagoda bertingkat lima. Warna merah, hijau, dan kuning mendominasi dan menjadikan masjid ini tampak mencolok.
Desain pagar dan gapura menyerupai klenteng, menampilkan simbol harmonisasi budaya Islam dan Tionghoa. Masjid ini menarik perhatian pengunjung sebagai tempat ibadah sekaligus objek wisata budaya. Warga lokal maupun wisatawan sering memotret keunikan bangunan masjid ini.
Pengurus masjid membuka pintunya bagi siapa saja yang ingin beribadah atau sekadar melihat. Mereka juga rutin menyelenggarakan acara keagamaan dan kegiatan sosial di sini. Masjid Cheng Ho menjadi simbol toleransi yang kuat dalam bingkai keberagaman Banyuwangi.
Wisata Religi Watu Gedhek

Credit: Radar Madura
Masyarakat Banyuwangi menyebut situs ini Watu Gedhek karena mereka melihat susunan batunya menyerupai anyaman bambu. Batu-batu ini menjulang dan membentuk formasi unik di kaki Gunung Raung. Warga setempat meyakini bahwa batu tersebut merupakan sabuk Gunung Raung.
Lokasinya yang terpencil dan tenang membuat banyak orang datang untuk bermeditasi dan menyepi. Mereka memanfaatkan tempat ini untuk mencari ketenangan dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Watu Gedhek menghadirkan suasana yang cocok bagi pencari kedamaian jiwa.
Watu Gedhek mungkin belum setenar masjid atau pura, tetapi tempat ini tetap menyimpan pesona spiritual yang kuat. Para pengunjung datang dengan niat tulus dan hati yang bersih saat memasuki area ini. Tempat ini mengajarkan kita arti keheningan yang menyembuhkan.